KONEKSI ANTAR MATERI PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
KONEKSI ANTAR MATERI
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Oleh Maria Martina Petra Rosok, S.Pd
A. Pembelajaran Sosial Emosional
Dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru, kita sering dihadapkan
dengan begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu yang sama. Akibatnya,
kita sering kurang konsentrasi di sekolah. Anak akan menjadi sasaran amarah
yang mungkin tidak kita sadari. Begitu juga dengan murid-murid kita. Saat mereka
sedang mengalami perkembangna dan pertumbuhan diri, mereka juga harus menerima
tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Banyak pekerjaan rumah yang
kadang tidak bisa selesaikan dengan baik karena mereka tidak cukup waktu dan
bahkan bingung mana yang harus diselesakan terlebih dahulu.
Untuk
mengahadapi masalah seperti ini, kita sebagai guru dan sebagai murid perlu mempelajarai
dan melatih diri mengahadapi masalah yang begitu kompleks. Melalui Pembelajaran
Sosial Emosional, kita dapat melatih diri untuk bisa berkonsentrasi dan
mengatasi persoalan yang kita hadapi sehingga ketuntasan pekerjaan dan
keberhasilannya dapat tercapai dengan baik.
Pembelajaran
budi pekerti menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara adalah pembelajaran batin dan lahir. Maksudnya
pembelajaran yang bersumber pada pikiran, rasa dan karsa sehingga menghasilkan
karya/ pekerti/tenaga. Pengajaran budi pekerti mendukung perkembanagan anak
secara optimal melalui sentuhan emosi yang bijak dengan memperhatikan
perkembangan jiwa anak-anak. Pemerintah juga ikut andil dalam perkembangan
mental anak melalui Penguatan Pendidikan Karakter yang bertujuan mengembangkan
potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu, keteladanan dalam
penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan Pendidikan, dan
berlangsung melalui pembiasaan yang dilakukan setiap hari dalam kehidupan
sehari-hari.
Budi
pekerti dapat menjadi
dasar perkembangan hidup anak-anak baik lahir maupun batin. Perkembangan kodrta
anak menuju beradaban yang lebih baik saat dewasa. Untuk itu, pemerintah tidak
tinggal diam. Pemerintah juga menyadari pentingnya peran sekolah dalam perkembangan
peserta didik yang mendorong keselarasan
aspek kognitif, sosial dan emosional melalui Permen Kemdikbud No.20 tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan gerakan Pendidikan yang
memperkuat keselarasan olah hati, rasa, piker dan orah raga.
Pembelajaran Sosial dan
Emosional adalah pembelajaran
yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses
kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial
dan emosional. Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial Emosional dalam modul ini
bertujuan untuk membantu pemahaman dan penerapan Bapak/Ibu CGP dalam mengelola
aspek sosial dan emosional diri sendiri sekaligus dapat menerapkannya
pembelajaran sosial dan emosional pada murid secara lebih sistematik dan
komprehensif.
Adapun
Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional yaitu Memberikan pemahaman, penghayatan
dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), Menetapkan dan mencapai
tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada
orang lain (kesadaran sosial), Membangun dan mempertahankan hubungan yang
positif (keterampilan membangun relasi), Membuat keputusan yang bertanggung
jawab. (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab).
Pemahaman
saya PSE melatih kita untuk bisa mengatur pribadi kita untuk bisa berprilaku bijak
terhadap diri kita maupun terhadap orang lain sehingga segala keputuan yang kita
putuskan dapat meyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab bisa tercapai dengan
baik. Untuk itu kita perlu memahami cara mengimplementasikan PSE ini dengan
melakukan 4 cara yaitu: Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit, Mengintegrasikan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya
interaksi dengan murid, Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap
murid, Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan
lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah SEL yaitu menggabungkan 4 elemen
antara lain: Sequential/berurutan: Active/aktif, Focused/fokus,
Explicit/eksplisit. PSE ini penting untuk melatih keterampilan dalam
mengatasi dan menyelesaikan masalah. PSE memberi keseimbangan untuk
mengembangkan kompetensi individu. Pembelajaran sosial-emosional adalah
tentang pengalaman apa yang dialami siswa, dipelajari siswa dan bagaimana
guru mengajar. Anak kita memiliki kesadaran diri, paham akan kesadaran
sosial, emosi yang bertanggung jawab.
Pembelajaran
PSE sangat penting karena berisi tentang keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan
memecahkan masalah. PSE juga dapat mempengaruhi guru dan murid berkarakter
baik.
Simpulannya,
PSE penting bagi guru untuk dapat mengontrol diri dalam melaksanakan
pembelajaran. Komunikasi dan kolaborasi menjadi penting untuk dapat memahami
satu sama lain termasuk guru dan murid. Jika guru sudah bisa mengontrol sosial
emosionalnya maka akan dengan mudah bisa membawa muridnya untuk bisa berprilaku
santun melalui proses pembelajaran yang dijalankan di dalam kelas. Anak pun
dilatih untuk bisa mengontrol pikiran dan perasaan mereka saat pembelajaran
melalui kegiatan bermakna dalam kelompok kerja atau perindividu. Guru harus
selalu mendampingi agar perkembangan sosial emosional murid dapat secara
optimal. Biarkan mereka berekspresi sesuai dengan keadaannya sehingga timbul
rasa percaya diri untuk melakukan hal baik di dalam kelas maupun di luar kelas
yang tentunya budaya positif selalu mengiringi proses perkembangan sosial
emosionalnya.
Nilai dan Peran Guru dalam Pembelajaran Sosial Emosional sangat besar karena dalam memberikan contoh
atau aksi nyata, murid perlu melihat secara langsung melihat dan bahkan
melakukan bersama guru. Guru menjadi fasilitator, menjadi pendamping murid agar
apa yang dipelajari dapat dipahami oleh murid. Pengalaman guru dapat dijadikan
pembelajaran murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat merencanakan dan
mengatur proses pembelajaran termasuk pembelajaran sosial emosional secara baik
yang terintegrasi dalam muatan pembelajaran atau di luar proses pembelajaran sehingga
kompetensi dan indicator dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
B. Mindfulness
Mindfulness
menurut Kabat-Zim dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika
seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang
dilandasi rasa ingin tahu tanpa menghakimi dan kebaikan. Kesadaran penuh atau
minfulness muncul saat seseorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang
dikerjakan dengan pikiran terbuka atau dalam situasi yang menghendaki perhatian
penuh. Kesadaran diri dilakukan karena adanya perhatian yang dikalukan secara
sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Latihan berkesadaran penuh
sangat relevan dan penting bagi siapa pun untuk dapat menjalankan peran dan
tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal.
Cara melakukan
mindfulness dengan Teknik STOP yaitu: Stop/berhenti (hentikan apapun
yang sedang anda lakukan). Take a deep Breath/Tarik napas dalam ( sadari
napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui
hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas
masuk, napas keluar). Observe/Amati (amati apa yang anda rasakan pada
tubuh anda. Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut
yang mengempes, saat anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat anda
lakukan). Proceed/Lanjutkan (latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali
aktivitas anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikirkan yang lebih jernih,
dan sikap yang lebih positif).
Dalam kondisi
kesadaran penuh terjadi perubahan fisiologi seperti meluasnya area otak
berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress dan muncul perasaan
tenang dan stabil. Dengan keadaan yang demikian, memungkinkan kita dapat lebih
tenang dan pikiran kita lebih jernih. Kesadaran
penuh/mindfulness dapat dilatih dan ditumbuhkan yang dapat bermfungsi untuk
memberikan perhatian khusus kepada kita yang sedang kita lakukan.
Perhatikan
skema berikut ini.
Dari skema
di atas, kita bisa melihat tentang kondisi well-being yang dapat dicapai karena
adanya kesadaran penuh (mindfulness). Selama keadaan kesadaran penuh atau mindfulness,
kita dapat melakukan semua Kompetensi
Sosial Emosional mulai dari Kesadaran Diri, Pengelolaan Diri, Kesadaran Sosial,
Keterampilan Relasi, dan Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab sehingga
dapat mencapai kesejahteraan hidup well-being.
Perlu diketahui bahwa, wellbeing dapat
diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat dan bahagia. Merupakan kondisi individu
yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat
keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan
dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki
tujuan hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengekspresikan dan
mengembangkan dirinya.
Dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban, guru hendaknya selalu merasa nyaman dan bahagia agar semua
tugas tersebut dapat selesai dengan baik. Sebagai guru, dalam keadaan nyaman dan bahagia, nilai-nilai
dan peran guru dapat dilaksanakan secara maksimal. Inovasi pembelajaran dapat
tercipta dalam situasi seperti ini. Untuk bisa mencapai kesejahteraan hidup atau
well-being, guru perlu menyadari arti penting kesadaran penuh atau minfulness
karena dalam keadaan penuh guru bisa menyadari diri untuk melihat kemampuan diri,
dapat mengelola diri dengan mengelola emosi dan focus, dapat menyadari tentang
orang lain atau kesadaran sosial sehingga mampu berempati, dapat memahami dan
melaksanakan keterampilan relasi yaitu bekerja sama dengan orang lain, baik sesame
guru maupun dengan murid, dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Begitu
juga dengan murid, dalam mengikuti pembelajaran, kesejahteraan hidup atau
well-being menjadi sangat penting karena dalam keadaan nyaman, semua proses
pembelajaran dapat diikuti dengan baik. Guru juga dapat melatih murid untuk
bisa melakukan kesadaran penuh (mindfulness) agar murid bisa benar-benar siap
melaksanakan proses pembelajaran atau dalam mengikuti kegiatan-kediatan diluar
pembelajaran di kelas. Dengan melakukan kesadaran penuh, murid dapat memahami kompetensi
sosial emosional. Murid dapat menyadari kemampuan dirinya, dapat mengontrol
dirinya, dapat mengelola diri untuk bisa menyesuaikan dirinya, dapat mengaktifkan
kesadaran sosialnya sehingga mampu berempati dengan orang lain, dapat melatih
keterampilan relasi dan bekerja sama di setiap kegiatan, juga melatih murid
dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Hubungan
Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional. Latihan mindfulness secara rutin meningkatkan
kesadaran sosial emosional karena dapat membangun hubungan diri sendiri dengan
berbagai kompetensi sosial emosional lainnya. Dengan melakukan mindfulness, guru
dapa mengembalikan konsentrasinya sehingga semuah proses penyelesaian tugas
dapat berhasil dengan baik.
C. Kompetensi Sosial Emosional
Kompetensi
Sosial Emosional terdiri dari Kesadaran Diri (Pengenalan emosi), sering sekali
seorang guru mengalami kepadatan tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang
hampir bersamaan. Kadang saking banyaknya, guru tersebut sulit membagi waktu
dan akhirnya timbul perasaan yang tidak nyaman dalam menyelesaikan pekerjaan,
bahkan ada pekerjaan pokok sebagai pengajar terabaikan. Akhirnya sikap terhadap
murid pun berubah. Emosi dan perasaan terbawa misalnya marah, sedih, kecewa,
menyesal dan lain-lain. Dalam keadaan yang demikian, guru perlu melakukan kegiatan
untuk mengembalikan kesadarannya melalui mindfulness dengan Teknik STOP. Manfaat mindfulness adalah mengembalikan kesadaran
penuh alam pikiran kita, membuat kita lebih rileks dan merasa lebih tenang. Teknik
minfulness juga dapat kita ajarkan kepada anak didik kita sehingga murid kita
juga bisa lebih konsentrasi pada pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga
murid juga bisa merasakan perasaan lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan
sikap yang lebih positif. Mindfulness ini dapat dilakukan setiap saat, di mana
saja dan kapan saja yang tentunya disesuaikan dengan kondisi saat itu.
Penerapan
latihan Kesadaran Diri bersama murid dapat dilakukan dalam bentuk lain,
misalnya dalam kegiatan pembiasaan setiap pagi yaitu mengidentifikasi perasaan
murid melalui pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada murid misalnya, Bagaimana kedaannya saat ini? Apa kabar
anak-anak? Apa yang kamu rasakan hari ini? Bagaimana perasaanmu setelah belajar
bersama hari ini? Apakah kamu merasa bahagia?
Pengelolaan Diri
(Mengelola emosi dan Fokus untuk Mencapai Tujuan). Kadang kita sebagai guru
melakukan beberapa pekerjaann bersamaan waktunya (multitasking), ini dapat meningkatkan stress dan mengurangi efisiensi serta produktivitas.
Kita jadi tidak focus dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam keadaan
yang demikian, kita perlu me-refresh otak kita dan yang perlu kita
lakukan pertama kali adalah mindfulness dengan Teknik STOP. Ini adalah cara
cepat mengatasi kejenuhan dan mengembalikan titik focus pekerjaan kita. Latihan ini dapat membantu guru dan murid
meredakan ketegangan. Bentuk pembelajaran nyata Pengelolaan Diri dapat
dilakukan melalui kegaiatan misanya budaya antre. Guru dapat meminta anak antre
cuci tangan sebelum masuk, antre mengantar pekerjaan untuk diperiksa oleh guru,
atau antre mengambil buku perpustakaan di pojok baca kelas. Dengan pembiasaan
antre, pengelolaan diri dapat melatih diri kita untuk bisa sabar, sehingga emosi tetap terkontrol
dengan baik. Budaya positif merupakan pengolahan diri dalam berperilaku.
Kesadaran Sosial
(Keterampilan Berempati). Kesadaran sosial melatih kita untuk dapat membangun
kemampuan untuk menempatkan diri dan melihat perspektif orang lain walaupun
kita sendiri sebagai guru sedang dalam kesibukan tingkat tinggi. Agar kita bisa
berempati terhadap orang lain, kita perlu melakukan Teknik STOP untuk
memberikan kelonggaran pikiran kita sehingga kitab isa focus pada masalah yang
sedang kita hadapi. Kita dilatih untuk bisa merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Dengan begitu kita bisa lebih saling menghormati satu sama lain. Keadaan
seperti ini kita bisa memahami murid kita jika satu saat mereka tidak
melaksanakan tugas yang sudah kita berikan. Kita berusaha menerima keluhannya dan
memahami secara baik apa yang sedang dialami murid kita dan dapat menyelesaikan
masalahnya tanpa menghakimi murid tersebut karena guru focus perhatian penuh.
Keterampilan
berempati memberi ruang kepada kita untuk bisa memahami orang lain. Kita mencoba
merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dengan menanamkan empati menaruh
perhatian pada perasaan orang lain melalui pertanyaan misalnya Apa yang kamu
rasakan setelah kejadian ini? Pembelajaran sosial emosional yang dapat
diberikan guru sebagai latihan berempati terhadap orang lain misalnya dengan
membagi kebahagiaan kita kepada orang lain, memberikan ucapan salam, atau
meminta murid untuk bisa mengungkapkan perasaannya terhadap guru kelasnya yang
selama ini mendampingi murid tersebut melalui
puisi singkatnya. Untuk bisa membiasakan keterampilan berempati perlu latihan
secara terus menerus sehingga menjadi terbiasa.
Keterampilan Berelasi (Kerja Sama dan Resolusi Konflik). Dengan kemampuan berelasi atau kerja
sama dengan orang lain lain kita dapat membangun solidaritas. Rasa empati yang
sudah tertanam dalam diri kita sebagai guru dan murid-murid kita menjadi dasar
untuk bisa mengasah keterampilan berelasi dan kerja sama dengan orang lain. Di sini
kita membutuhkan komunikasi yang baik untuk bisa menjalin kerja sama tersebut. Tidak
hanya komunikasi tutur kata tetapi juga sikap saling menghormati dan menghargai
juga kerja sama dalam kelompok. Guru perlu memperhatikan komunikasi dengan
atasan dan rekan guru lain sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik. Solusi
pemecahan masalah dapat tercapai jika komunikasi efektif benar-benar dijalankan.
Kegiatan
kelompok dalam pembelajaran merupakan kegiatan lengkap mengasah semua aspek kemampuan
misalnya kerja sama, saling menghargai,
saling membantu, berbagi peran dalam kelompok, dan melatih untuk bisa mengembangkan
mental, mampu menyampaikan hasil diskusi, dan melatih kepemimpinan murid. Adanya
komunikasi tukar pendapat dapat menemukan solusi penyelesaian masalah dengan
cepat. Guru menjadi fasilitator dapat mendampingi murid dalam kegiatan
tersebut. Contoh lain melatih keterampilan berelasi adalah membuat kesepakatan
kelas atau keyakinan kelas yang pernah dibuat. Pada saat membangun komunikasi,
guru mendampingi murid untuk bisa menemukan hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk sejumlah keinginan murid terhadap kelasnya, dan cara untuk dapat
mendapatkan kelas sesuai dengan keinginannya.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab. Collaborative for Academic, Sosial, and
Emotional Learning (CASEL) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang
konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma
sosial. Menurut pemahaman saya, hal ini perlu ada pikiran-pikiran positif yang
mengacu pada analisis tindakan yang akan dilakukan. Kita harus jeli untuk bisa
melihat hal mana yang menjadi pilihan baik, untuk dijadikan keputusan yang
bertanggung jawab dengan segala resikonya karena semua keputusan pasti ada
resiko yang diperoleh.
Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab sesungguhnya adalah kemampuan yang jika secara
konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini akan
memungkinkan seseorang untuk tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Kemampuan
pengambilan keputusan tidak begitu saja muncul tetapi perlu dilatih agar segala
keputusan yang diambil tidak mengecewakan dan tidak terjadi penyesalan di
kemudian hari. Segala sesuatu yang dipertimbangkan perlu dipikirkan sebaik
mungkin. Guru dan murid perlu belajar mengambil kebijakan yang paling kecil
terdapat resiko-resikonya. Perlu adanya evaluasi situasi, pilihan-pilihan, dan
konsekuensi terhadap diri sendiri dan orang lain.
POOCH
adalah salah satu strategi sederhana yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan bantuan yang ada
pada Problem, pertanyaan bantuan misalnya Apa masalahnya? Apa
penyebabnya? Option, pertanyaan
bantuan misalnya Apa saja yang dapat dilakukan? Outcomes,
pertanyaan bantuan yang dapat digunakan yaitu Apa saja kemungkinan yang dapat
terjadi? Choices,
pertanyaan bantuan misalnya, Apa keputusan yang dapat diambil? Bagian akhir dapat ditambahkan Refleksi dengan
pertanyaan bantuan Bagaimana berjalannya keputusan yang diambil?
Untuk
bisa mendapatkan keputusan yang bertanggung jawab dengan menggunakan POOCH ini
perlu kejujuran dan keterbukaan dalam mengungkapkan masalah utamanya sehingga dalam
mengevaluasi atau menganalisis bisa diselesaikan dengan baik. Guru dapat
menggunakan POOCH dalam penyelesaian masalah dan guru pun bisa melatih anak
dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab melalui kegiatan misalnya
meminta murid untuk menata kembali ruang kelas secara bersama-sama, menata buku-buku
pelajaran setelah digunakan dan masih banyak lagi hal baik yang merupakan
penerapan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran
Sosial Emosional dapat bermanfaat bagi guru dalam berkolaborasi dengan kepala
sekolah dan rekan guru lain. Sebagai Guru, dengan kesadaran penuh dapat mengolah
kemampuan diri untuk bisa berelasi, berkolaborasi dengan orang lain dan
berinteraksi dengan guru lain serta dapat mengambil keputusan yang bertanggung
jawab di setiap kesempatan.
Kompetensi
Sosial Emosional diberikan melalui pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
dalam berbagai kegiatan baik itu kegiatan akademik maupun non akademik. Kompetensi Sosial Emosional ini
dapat masuk dalam Pembelajaran Berdiferensiasi. Misalnya saat murid melakukan
aktivitas diskusi kelompok pada pemebelajaran berdiferensiasi, Kompetensi
Sosial Emosional yang dapat dikembangkan adalah kemampuan berelasi, murid dapat
menggunakan segala kemampuannya dalam mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan
kebutuhan belajarnya. Muird juga bisa melakukan proses belajar dengan kesadaran
penuh dan pengelolaan diri yang baik sehingga pemahaman materi belajar bisa
diterima denga baik.
Dokumen Pribadi
Simpulan
Pembelajaran Sosial Emosional dilaksanakan berdasarkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dawantara yaitu Pengajaran Budi Pekerti dilakukan melalui Nilai dan Peran Guru dalam mencapai visi Guru Penggerak, berbasisi Budaya Positif yang ada di sekolah dalam proses Pembelajaran berdiferensiasi dan berbagai kegiatan non akademik yang ada di sekolah.
Demikian
uraian konektivitas Pembelajaran Sosial Emosional yang dapat saya uraikan.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Salam dan
Bahagia
Komentar
Posting Komentar