MODUL 3.1 KONEKSI ANTARMATERI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI
PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh Maria Martina Petra Rosok, S.Pd
Zaman sudah mulai
berubah. Perubahan terjadi disetiap bidang kehidupan termasuk bidang
Pendidikan. Kodrat zaman tidak bisa diabaikan. Ki Hadjar Dewantara telah memberikan
rambu-rambu bagi kaum pendidik untuk menerjemahkan filosofi Pratap Triloka
secara nyata dengan selalu memperhatikan kebutuhan murid. Beliau juga telah
memberikan kekuatan bagi seorang guru untuk bisa menjalani perannya. Peran yang
dijalankan oleh guru melakukan sebuah pemikiran tentang berbagai manafaat dari
keputusan. Apa yang harus dilakukan untuk menjabarkan nilai-nilai yang ada di setiap
tugas dan tanggung jawabnya. Kesadaran untuk itulah seorang guru perlu melihat
filosofi Pratap Triloka tersebut menjadi dasar untuk menjalankan sebuah
keputusan juga dalam memperkirakan manafaat sebuah pembelajaran di sekolah.
Masih dalam
hubungannya dengan filosofi Pratap Triloka, guru harus berpikir bahwa segalapengambilan
keputusannya selalu berpihak pada murid. Pertimbangan dalam sebuah keputusan
memikirkan kebermanfaatan bagi murid di sekolah. Melalui Pratap Triloka inilah
guru dapat melaksanakan perannya.
Mari kita simak
berikut ini. Pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo (di muka memberi teladan). Sebuah
keputusan yang dilakukan oleh seorang guru harus bisa memberi teladan bagi
orang disekitarnya dan lebih khusus di sekolahnya. Guru harus bisa memberi
teladan kepada murid. Dengan demikian keteladanan yang disampaikan oleh Ki
Hadjar Dewantara menjadi pedoman guru dalam mengambil sebuah keputusan.
Kedua, Ing Madya Mangun
Karsa (di tengah-tengah membangun semangat). Dalam semangat pengabdian, Guru
memberikan rasa percaya diri pada murid melalui aksi nyata guru itu sendiri.
Keputusan yang diambil oleh guru untuk melakukan sesuatu akan menjadi teladan
bagi muridnya. Artinya apa yang dibuat oleh guru menjadi cermin bagi muridnya.
Murid bisa mengikuti kebiasaan guru karena ada kekuatan pengaruh dari guru
tersebut. Oleh karena itu, Guru perlu berpikir tentang sebuah keputusan yang
baik. Pengambilan keputusan berdasarkan 9 langah pengambilan keputusan dapat
diterapkan untuk menghasilkan sebuah keteladanan. Murid akan mengidolakan
gurunya bahkan sampai dengan gaya seorang guru dapat diikuti oleh murid. Guru
menjadi motivator dan sahabat bagi
muridnya. Ketika murid menjadi sahabat, maka segala dunia anak dapat kita selami
dan ikuti. Akhirnya, murid akan
melakukan tugas yang diberikan dengan senang hati. Dari keteladanan-keteladanan
inilah murid dapat menjadi manusia yang baik pula.
Bagian ketiga dari filosofi Pratap
Triloka yaitu Tut Wuri Handayani (dari belakang memberikan
pengaruh/dorongan). Dalam mengambil sebuah keputusan, guru hendaknya ingat juga
tentang kebutuhan dasar murid. Guru akan mendorong murid untuk dapat melakukan
hal baik termasuk memahami sebuah materi pembalajaran yang dapat diimplementasikan
dalam kehidupannya. Life skill murid adalah dasar untuk pengembangan
kepribadiannya juga dasar perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sekarang
atau di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru
dapat mendorong muridnya untuk mengamalkan setiap pengetahuan dan keterampilan
dalam hidupnya dan bermafaat bagi dirinya dan orang lain. Dorongan yang diberikan oleh
seorang guru bukan paksaan. Guru sebagai motivator perlu memberi tahu bahwa
yang dilakukan saat ini merupakan latihan untuk masa depannya.
Pengambilan
keputusan yang bijak berasal dari rasa kemanusiaan yang sudah ada dalam diri
seorang guru. Rasa kemanusiaan itu merupakan nilai-nilai kebajikan yang perlu
diterapkan di setiap keputusan yang diambil oleh guru. Nilai kebajikan tersebut
yaitu cinta kasih, keadilan, kejujuran, tanggung jawab, bersyukur, lurus hati,
rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, rendah hati, empati, hormat,
ketulusan dan lain-lain. Manusia sebagai
makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial yang hidup dengan orang lain.
Kenyaman dalam menjalankan hidup ini perlu dilakukan melalui kegiatan yang
selalu mengatasnamai nilai-nilai kebajikan tersebut. Kita perlu menjunjung
nilai kebajikan bukan karena pujian atau hanya sekedar menyenangkan hati namun
setiap keputusan yang diambil
mengedepankan nilai-nilai tersebut agar keputusan yang diambil menjadi
jalan keluar dalam penyelesaian sebuah masalah. Keputusan yang meminimalisir
kegagalan. Dari nilai-nilai kebajikan itulah yang menjadikan sebuah keputusan
yang diambil sangat tepat.
Pengambilan
keputusan dalam proses Coaching yang dilakukan beberapa waktu yang lalu hampir
semuanya sudah tepat kerana proses itu menggunakan cara penyelesaian masalah
melalui dialog yang mengantar coachee untuk bisa menemukan potensi dirinya lalu
dapat menentukan langkah yang bisa dilakukan untuk menetralkan keadaan.
Misalnya seorang anak dalam kasus sering telambat masuk kelas. Guru sebagai
coach dapat membuat anak ini sadar akan kelemahanya lalu, berkeinginan untuk
bisa memperbaiki diri dengan kesadaran penuh serta melakukan komitmen yang
dibangun saat coaching. Artinya pengambilan keputusan tersebut sudah dipikirkan
manfaat-manfaatnya sebagai akibat dari sebuah perubahan tingkah laku. Proses
coaching dapat membuat sebuah keputusan yang diambil oleh murid dengan rasa
percaya diri. Dengan demikian, murid itu akan melakukan komitmennya tanpa
paksaan. Pengambilan keputusan dalam proses coaching mengahasilkan hal yang
baik kerena murid dengan kesadaran penuh menyadari semua itu.
Kemampuan
guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruah terhadap
pengambilan keputusan. Kekuatan seorang guru dari aspek sosial emosional
merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Pembelajaran
Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan kita untuk dapat bertahan dalam
masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan kita
menjadi orang yang berkarakter baik. Guru yang memahami dan terus berlatih
untuk mengambil sebuah keputusan menggunakan analisis 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan akan memastikan bahwa keputusan itu akan baik dan benar.
Masalah menjadi lebih ringan karena penyelesaiannya dari berbagai sudut
pandang.
Dalam
studi kasus yang pernah kami pelajari, masalah moral menjadi perhatian karena selalu
dalam posisi benar lawan salah. Namun karena situasi dan kondisi yang
memungkinkan orang lain harus berpikir tentang nilai-nilai kebajikan sehingga
kadang nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi tidak bisa dilakukan dengan
baik. Saya percaya adanya suara hati. Suara hati selalu yang positif. Namun
karena keadaan bisa saja tindakan kita akan melawan suara hati. Seorang
pendidik memiliki nilai kebajikan yang sangat baik. Ketika dihadapkan dengan
masalah siswa yang rumit maka, guru harus tetap memegang asas sebagai dasar
pemikiran pengambilan keputusan yang cepat yaitu mempertimbangkan dari segi berpihak
pada murid dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kabajikan yang
sangat berperan dalam tindakan keputusan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jika
seorang guru, selalu melihat hal positif maka, benar lawan salah bisa menjadi
benar lawan benar karena nilai yang dianut lebih berperan. Emapti menjadi dasar
untuk melaksanakan nilai cinta kasih pada murid yang memiliki masalah.
Pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh guru dalam berbagai masalah yang dihadapi perlu
memperhatikan aspek keberpihakan pada murid, selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai kebajikan dengan penuh tanggung jawab. Dari sinilah guru bisa
mengembangkan analisi masalah sehingga keputusan yang diperolah semakin tepat.
Dilema etika dan bujukan moral merupakan dua hal yang harus kita pahami untuk
bisa melihat dari sisi baik atau kurang baik sebuah keputusan. Dilema yang kita
hadapi tersebut mungkin membingungkan karena kita belum tahu membedakan mana yang merupakan dilema
etika dan mana yang merupakan bujukan moral. Pada dilema etika lebih
mementingkan nilai kemanusiaan sedangkan bujukan morol lebih kepada keuntungan
yang diperoleh melalui jalan yang tidak disarankan .
Selain
dilema etika dan bujukan moral, kita perlu mengetahui juga tentang 3 prinsip
pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika. 3 Prinsip pengambilan
keputusan tersebut yaitu berpikir berbasisi hasil akhir. Apapun
keputusannnya harus melihat apa hasil yang dicapai. Begitu juga dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berpikir
berbasis peraturan. Ini berarti kita melihat apakah keputusan itu sudah
mengikuti aturan yang berlaku. Jangan sampai keputusan mementahkan kembali
aturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan Berpikir berbasis rasa peduli
berarti kita melihat keputusan tersebut karena ada nilai-nilai kebajikan yang
dijalankan. Empati pada orang lain membuat kita sadar akan rasa kasih sayang.
Ada
4 paradigma dalam dilema etika. 4 paradigma ini sangat penting bagi seorang
guru untuk menganalisis keputusan yang diambil. Dalam menghadapi situasi ini
akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasar misalnya cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan tanggungu jawab dan penghargaan dalam hidup ini. Yang termasuk
4 paradima ini yaitu, individu lawan masyarakat. Keputusan tersebut
menguntungkan seseorang atau menguntungkan banyak orang. Keadilan lawan rasa kasih sayang.
Dalam hal ini ketika kita mengambil sebuah keputusan, kita dituntut harus adil
namun di satu sisi kita tidak tega melihat kekecewaan dari orang lain. Kebenaran
lawan kesetiaan. Kadang kita juga perlu mendukung sebuah kebenaran namun
apakah kita sudah menjalankan kesetiaan itu. Jujur jika kita diminta untuk
menyampaikan sebuah informasi tapi kadang kitab isa dibilang tidak setia karena
kita telah mendapat bujukan moral. Yang terakhir yaitu, jangka pendek lawan
jangka panjang. Tentang sebuah keputusan yang dapat dirasakan dalam waktu
yang singkat atau dalam waktu yang Panjang.
Ada
hal lain yang dapat membantu kita dalam pengambilan sebuah keputusan yaitu 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adapun 9 langkah tersebut yaitu:
1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini, 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini, 4) Pengujian benar atau salah (Uji legal, uji regulasi, uji
intuisi, uji publikasi, uji panutan atau idola) 5) Pengujian paradigma benar
lawab baner. 6). Melakukan 3 prinsip resolusi, 7) Investigasi Opsi Trilema, 8)
Buat keputusan. 9) Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Jika seorang guru
mengambil sebuah keputusan yang berat, cobalah untuk mengikuti 9 langkah ini,
karena ketepatan lebih dirasakan.
Kesulitan-kesulitan
di lingkungan yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilema etika ini yaitu setiap orang punya pemikiran
sendiri-sendiri, punya pola kebiasaan tertentu yang kadang sulit untuk
menyatukannya. Sehingga sangat perlu menggunakan berbagai pendekatan untuk dapat menyamakan
presepsi. Kesulitan lainnya yaitu tingkat kebutuhan yang berbeda dan cara
pemenuhan kebutahan yang beragam.
Pengambilan
keputusan yang tepat sangat berpengaruh pada pola pikir, lingkungan positif,
kundusif dan nyaman akan memberikan kemerdekaan pada murid untuk bisa
mengembangkan talenta yang dimiliki untuk lebih baik lagi dapat mewujudkan
cita-cita mereka sesuai dengan minta dan bakatnya masing-masing.
Guru
sangat berperan dalam proses perkembangan murid, tingkat keberhasilan murid dapat
ditentukan pula oleh guru melalui pengambilan keputusan yang berharga bagi
murid sehingga masa depan murid dapat terwujud.
Seorang guru yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap murid dan pembelajaran di sekolah dapat mengambil semua keputusan yang tepat demi anak didik dan proses belajar berdasarkan filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui nilai-nilai dan peran guru membangun budaya positifpe melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional sehingga dapat terwujud karakter baik dan menggunakan pendampingan melalui coaching sebagai sarana untuk menampilkan potensi diri. Di akhir tulisan ini saya berharap kita semuah yang tergabung dalam profesi guru dapat melaksanakan pengambilan keputusan dengan bijak agar dapat terwujud Pelajar Pancasila.
Komentar
Posting Komentar